Skip to main content

Posts

Setetes Air Sebulir Padi

Di hamparan luasnya alam semesta Yang terbentang dari timur ke barat daya Telah terukir risalah risalah sepanjang masa Dari awal maya pada di ciptakan hingga kini condong ke akhir zaman Pernahkah terlintas setitik tanya jauh di dalam dasar relungan Tentang setetes air yang telah bermetafora menjadi titik tumpu hayati Serta sebulir padi yang telah menjadi detak jantung dan denyut nadi Suatu hari nanti akan datang menghakimi ruh diri ini Dari manakah engkau dapatkan setetes air dan sebulir padi Apakah sudah sesuai dengan petunjuk dari yang Maha Kuasa Atau dari titik titik peluh angkara murka tipu daya dunia Sanggupkah engkau busungkan dada laksana penguasa Atau jemari menari semena mena pada sesama Memandang sebelah mata seakan mereka hina Bila engkau sadar kita tiada pernah memiliki daya dan upaya Aku bersaksi tiada hal apa pun yang mampu bersembunyi Dari Al-bashor yang Maha mengetahui segala dimensi Meski terbenam di dasar tujuh lapisan bumi Atau terselubung sej

Sekejap Saja

Teriring lah mengarak angin, berkeliling pada fikir,mengais asa,menggendong harap... Andai saja aku di undang pada resah Mu, pada apa yang kau sebut tersia,dan pada apa yang Kau rasa Hampa.. maka aku pasti akan datang sebelum pagi Mu yang sepi ini,turut bersama Mu Melemparkan jauh pandangan pada bukit KANCANA yang terus mencoba tegar, turut bersama Mu menitipkan bait puisi pada kelabu lagit pagi yang menyembunyikan senyum mentari di hari Mu.. Seperti Engkau yang pernah jadi impian dan tak pernah ku restui pergi dari lelap ku.. seperti Engkau yang kini bukan diri Mu yang dulu, tak an pernah menawarkan rasa lautan rindu ku.. Sekejap Saja biarkan aku hadir di Resah Mu.. setidak nya jadi kan aku bukit KANCANA tempat kau lempar segala Risau,kala telaga Cirata beriak dengan gundah atau jadikan lah aku kelabu Awan pagi Mu..akan aku bacakan puisi Mu pada mentari meski Sekejap Saja... Salam pagi sepi ku...Jiwa.. moga baik ada Mu KARYA : Pusara Retak

Sebait Kata Penghantar Lena

Kugoreskan mata pena yang mulai renta Menitikkan sisa sisa tinta di ruang jiwa Memahat sebait aksara pengantar lena Kala kelopak netra mulai tiada daya Duhai burung malam yang bertengger di ujung ranting Nyanyikanlah kidung merdu membasuh sekeping hati yang kering Dekap daku dalam hangatnya sayap-sayap mungilmu Bawalah terbang segala imajiku ke cakrawala biru Izinkan malam ini kumerengkuh indahnya merajut mimpi Yang akan kukejar esok ketika mentari menyambangi Lekaslah lena duhai sang netra jemputlah samudra impian jiwa Kita menyulam bait bait bahagia di atas bukit renjana cinta Karya : Rayi Amanda Permana

Kidung Di Ambang Malam

KIDUNG DI AMBANG MALAM Berjuntai manja bulir bening di kelopak senja Berpagut dengan selarik aurora yang menjingga Halus lembut melambai haturkan sejuta aksara Harap terangkai di ujung mata pena para pujangga Mata tersedu sesaat masa tersipu tertunduk malu Hasrat tuangkan kidung senja di kanvas biru Hanya nada nada nestapa yang terurai dari penaku Ke mana sirnanya aura nirwana, ketika indah bermetafora kelabu Kidung merdu di ambang senja kini telah beranjak pergi Hamparan kata tak mampu lagi berhias rona pelangi Hanya jejak samar di helaian kisah mentari pagi Memaparkan dilema sekeping hati ketika di rajam elegi Duhai goresan kelam di gapura pekatnya malam Uraikanlah gumpalan bait-bait hitam yang merajam Haturkan secercah sinar dalam cermin kehidupan Hitam putih adalah warna mutlak dalam gambaran kehidupan Sang Perindu Aksara Karya: Rayi Amanda Permana

Untuk Mu Jua Disini Aku Bernaung

Untukmu jua Disini aku bernaung, dihijaunya hamparan redup dingin lembah Dibalik warna warna nasib yang berkaca pada hening Yang tersisih jauh dari riuh debu kehidupan Untuk mu Jua Disini aku menyisiri sepi Mengurai makna hati diselembar bayang kenangan Diantara rinai rinai rindu yang mengucur deras Untukmu jua Disini aku mendengar sayup sayup bincang alam Mereka terbahak lepas, merintih dan memekik sepanjang petang Hingga gema adzan melafaskan segalanya dalam hening Dan aku mulai berkemas dalam diri, berbenah diantara seribu rasa Menanti petang menjulang hingga terserpih dilanggar malam Lalu sebarisan pasukan duka, melibas jiwaku kembali dalam hampa Untuk mu Jua Disini aku hanya terdiam menanti Hingga ada isyarat yang terungkap lewat guratan jemari Ketika bentangan waktu dan catatan angin merunduk, meningkap duka Dan Untuk mu Jua Disini aku merangkai rempah rempah doa, disela desah hangat rindu Yang terus mengalir disemanjung cintaku yang tiada pernah redam Yaaaah ,,,, Hanya untukm

Untukmu Aku Ada

UNTUKMU AKU ADA Kemudian kukais rona jingga dari gundukan kabut duka Kukumpulkan serpihan asa di antara mega-mega Kularung resah bersama lajunya perahu menuju dermaga Hingga tercipta pelangi di ujung cakrawala Di antara angin dingin dan kabut malam Kukerat sepotong sajak kepada bulan dan bintang Yang senantiasa memaksaku untuk mengukir indah bayangmu Memeluk jiwamu dalam sejuknya nuraniku Di gurat jiwamu menyimpan keteduhan Selaksa langit biru bertabur cahaya bintang Ingin kususupkan wajahku di sela-dela kabut malam Agar damaiku selalu ada pada hembusan kasih dan sayang Adamu untukku Dan adaku hanya untukmu By. Sahaya Araras

Untukmu

Ketika cinta bersemi di antara kita, Disaat gejolak cinta merasuk kedalam jiwa Sering kudengar kalimat indah dari bibirmu Slalu kurasa lembutnya cinta kasihmu Terlantun bagai simphoni melodi yang indah Terlukis bagai goresan pelangi yang sempurna melihat bintang diatas sana, tak mungkin indah bila sendiri, hati inipun bgtu adanya, brharap kau paham dan mengerti. hei…!! coba kau dengar gemercik air riaknya seakan saling berbisik, terdengar lirih menyebut namamu lambat tpi trdengar syahdu. dan akupun mulai tersenyum ktika smua dpt kurasa indah dan begtu indah dan sungguh itu yg kurasa. kini smua telah terjadi,. telah kumasuki satu hati yg tk mungkin ku tinggal pergi. andai kamu disini .. …andai kamu mengerti.